Apa yang berbeda?
Masih jinggakah ia?
Kenapa kita sambut lebih gembira?!
Karena kelaziman yang berulang?!
Bilangan waktu jadi sempurna,
sampai diujung dan kita bisa mulai lagi dari pertama?!
Atau ini semacam doa?
Agar esok lebih ceria,
lebih banyak harapan,
lebih banyak keinginan,
yang bisa kita raih dan wujudkan?!
Tapi coba juga mengkalkulasi:
tentang saat yang tersisa,
tentang langkah yang makin jauh,
tentang peluang yang terus berkurang!
Telah jauh waktu berlalu!
Saat kita berlari dipelatar,
berganti permainan tiap sebentar,
terus tertawa tak pernah gusar
Saat-saat kenes yang terasa singkat!
Ketika degup jantung mencekat,
diantara nafsu, tekad, dan hasrat,
membara membakar jadi semangat,
kegilaan yang membikin nekat,
tapi semua, sungguh t’lah lewat…

Apapun,
kalau matahari esok kembali,
meski langit (mungkin masih) murung,
meski kerakusan (mungkin masih) kuat menggelantung,
meski kepongahan (mungkin masih) tegak membusung,
Kuharap bisa (sedikit) beruntung.
Tak banyak sungguh yang kupinta.
Cuma agar bahagia tak terus sembunyi,
hingga tak (lagi) sulit dicari.
Cuma agar Kau beri aku (terus) nyali dan energi,
tuk ikut warnai dunia,
tuk biarkan damai jadi nafas semesta…
Depok dini hari di 27 Desember 2009
Diposting oleh Wahidah R Bulan
resolusi 2014, muhasabah, tahun baru