MARI BERBAGI, MEMBUAT HIDUP LEBIH BERARTI
>

TENTANG DIRI

Saat dalam beberapa pelatihan diminta mendeskripsikan diri menjadi sebentuk benda, aku kerap memilih BULAN sebagai pilihan.


Tentu bukan tanpa alasan. Ada banyak sebab. Sebagian diantaranya karena alasan-alasan dibawah ini:

Pertama, karena itu memang nama yang diberikan kedua orang tuaku dan juga nama panggilan yang sesungguhnya aku sangat suka. Membuatku menjadi berbeda, memiliki identitas yang khas dan istimewa. Tak banyak orang yang menggunakan BULAN sebagai nama. Kalaupun ada, dalam bahasa Jawa, Wulan, dan tentu saja tak sama. Kesadaran akan perbedaan itu nyata aku rasakan setidaknya saat search engine dengan menggunakan nama lengkapku. Nyaris tak menemukan nama lain kecuali namaku sendiri! Jadi tak berlebihan ya kalau nama pemberian orang tuaku itu membuatku merasa spesial. Nama menurutku memang sesuatu. Nama itu doa. Nama itu harapan. Nama itu identitas. Nama itu jati diri. Nama itu penting! Karenanya aku tak sepakat dengan William Shakespeare yang mengatakan what is a name.

Jadi teringat adikku alm. Posma Sabrina yang meninggal beberapa tahun lalu setelah menderita penyakit kanker payudara selama 11 tahun lebih. SubhanalLoh. Allah benar-benar menganugerahiNya kesabaran  luar biasa! Lebih dari yang aku dan adik-adikku lainnya punya. Seolah terus tersedia bahkan melimpah disepanjang kehidupannya! Jadi please berikan nama terbaik buat anak-anak kita ya. Biar lebih banyak lagi kebaikan tersebar dimuka bumi.

Kembali soal BULAN, bukan bermaksud besar kepala, tapi nama yang kusandang itu membuatku menghargai setiap keunikan apapun yang kumiliki. Bukankah Allah memang menciptakan manusia dengan segenap perbedaannya untuk membuat bumi ini menjadi lengkap? Jadi nama itu juga membantuku menghargai perbedaan. Karena perbedaan bukan hanya keniscayaan kehidupan, lebih dari itu sekaligus kekayaan kehidupan!

Kedua, aku menyukai bulan karena bagiku ia lambang sikap rendah hati. Tak seperti matahari yang tampil dengan cahayanya yang menyengat dan mendominasi, bulan hadir menyapa insan dengan kesederhanaan dan kelembutan. Seperti itulah aku ingin dikenali,. Tak perlu menjadi pusat perhatian, meski tak juga harus kehilangan kesempatan memberi kejutan dan pengharapan.

Ketiga, karena bulan menyimpan misteri yang tak mudah dijawab. Meski menjadi pribadi yang terbuka sesuatu yang aku suka, tapi membuat diri "telanjang" bukanlah pilihan matang. Ruang-ruang misteri atau apa yang oleh Stephen R Covey disebut dengan Jauhari Window tetap saja harus terisi. Dia menjadi ciri lain dari diri, yang membuat kita jadi tak seperti sepiring nasi. Habis sekali santap dan tak ada lagi.

Keempat, karena simbol romantisme yang luar biasa. Mengilhami banyak penyair, mereka yang diasyik-masuk oleh cinta, dan aneka romantisme yang ada. Aku membayangkannya sebagai keinginan untuk menebar cinta kasih. Bukan hanya kepada lawan jenis, tapi pada kemanusiaan dan kehidupan. Pada upaya memajukan peradaban.

Kelima, karena siapa tak suka bulan? Kanak-kanak menantinya sebagai teman melewati malam dan agar boleh bermain lebih lama dari biasanya. Kalaulah dikota-kota yang bermandi cahaya listrik bulan tak lagi dinanti, masih banyak kanak-kanak di desa yang menunggu bulan dengan penuh harap. Menjadikan malam-malam mereka lebih meriah, lebih penuh gelak-tawa, lebih banyak bahagia dari hari-hari biasanya. Bulan juga dinanti oleh para nelayan yang bertarung mengadu nasib dan peruntungan melintasi laut lepas yang kini makin pelit" memberi mereka pengharapan. Bulan menemani mereka sebagai lentera melewati kesuraman hidup yang mereka hadapi sehari-hari. Bulan menjadi pelipur lara dan sepi bagi yang sedang sedikit sendu dan sendiri. Bulan memberi makna yang lebih berarti bagi yang sedang mencari ilham dan inspirasi. Bulan menggelitik rasa ingin tahu para ilmuwan yang mencari kebenaran. Bulan memberi apapun bagi yang membutuhkan.


Jadi sungguh tersedia terlalu banyak alasan mengapa aku mau mentamsilkan diriku sebagai BULAN. Maka biarlah kuperkenalkan diriku sebagai bulan.

Salam kenal, salam berbagi,
salam dari Wahidah R Bulan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan komentar anda untuk memperkaya wacana