Sahabat blogger,
tahun 2014 baru berlalu beberapa waktu. Belum genap sebulan ketika aneka kabar duka datang silih berganti dan tak dapat dihindari.
Peristiwa kebakaran Gedung C FISIP UI pada 7 Januari 2014 lalu, satu diantara kabar yang datang menggelegar menggetarkan. Begitu mengagetkannya hingga saya hampir kehilangan kesanggupan menuntaskan kelas saat mendapat bbm dari seorang kawan yang memberi informasi. Lutut gemetar dan kehilangan konsentrasi! Tak ada yang ingin dilakukan kecuali segera berlari mendatangi tempat peristiwa terjadi! Sepuluh tahun lebih menimba ilmu di sana, kebakaran di "markas" Departemen Sosiologi itu benar-benar menerbangkan separuh jiwa! Tak tanggung-tanggung! Bukan hanya menghabiskan gedung yang baru siap direnovasi, api juga melumat habis ribuan koleksi buku klasik sosiologi yang tak mudah lagi didapat. Berbagai hasil riset Puska Lab Sosiologi FISIP UI, Lab Politik, Puska Gender, dan beberapa pusat kajian lain yang ada di FISIP UI, ikut musnah. Benar-benar menjadi derita tak terkira! Kehilangan makin lengkap karena aneka dokumen dan arsip-arsip penting FISIP serta komputer yang menyimpan aneka file penting juga ikut terbakar. Seperti tak ingin menyisakan apapun!
Malang memang tak dapat ditolak. Tapi ditentang itu sesungguhnya banyak pelajaran berharga didapat. Belajar ikhlas menerima kehilangan, belajar bangkit dari kesulitan; dan di atas segalanya, belajar menjadi lebih baik karena boleh jadi ini teguran atas aneka kelalaian. Lupa untuk rutin mencek keamanan instalasi listrik, lupa untuk secara berkala melakukan latihan pemadaman kebakaran, dan aneka lupa lainnya yang buahnya "terpaksa" kita petik sekarang :(
Banjir yang datang menyapa Jakarta beberapa hari setelahnya (11 Januari), menjadi cobaan lain yang tak kalah menyentakkan. Meski tak sedahsyat tahun lalu ketika Jakarta benar-benar seperti tenggelam hingga Presidan SBY harus menggulung pipa celananya karena banjir juga masuk Istana, tapi tak seharusnya banjir menjadi agenda rutin yang terus datang menyiksa warga. Gunung Sinabung yang kembali erupsi dan mengakibatkan puluhan ribu orang masih harus bersabar dalam pengungsian serta banjir bandang Manado yang datang tiba-tiba, seolah menggenapkan kesedihan kita pada separuh bulan ini.
Mudah-mudahan ini bukan sebuah pertanda. Mudah-mudahan kita cuma ditegur sebentar dan kembali dipercaya. Mudah-mudahan kita beroleh banyak hikmah dan makin pandai mensyukuri nikmatNya.
Tetap semangat, ya!
Salam Berbagi
Semoga semua bencana segera selesai dan umat manusia segera bertaubat. Aamiin.
BalasHapusTrims comment Mak Chae Rani. Salam kenal
BalasHapus