MARI BERBAGI, MEMBUAT HIDUP LEBIH BERARTI
>

11 Desember 2008

Puisi: HENDAK KEMANA ENCIK

Hendak kemana, Encik?
Tergesa dan seolah tak akan berhenti
Mengapa tak sejenak menahan kendali
Apa kau tahu seberapa panjang langkahmu?
Terus berlari berburu waktu
Apa hari mu selalukan sama?
Siapa bilang semua bisa diduga



Lihat kemarin, kini, dan esokmu
Ini bukan siklus yang berputar melingkar
Karena kemarinmu bukan kinimu,
Karena kinimu bukan esokmu,
dan karena awalmu kan berujung akhir

Jadi jangan terus tergesa dan menggesa
semakin cepat kau berlari,
semakin dekat kau sampai ditepi
semakin kuat kau melintas
semakin dekat kau pada batas
Jangan biarkan semangatmu menggilas
Apalagi jadi budak hasratmu yang buas

Hendak kemana, Encik?
Tidakkah suatu ketika kau akan berhenti?
Entah dimana dan bagaimana
Entah kau suka dan menerima
Entah kau siap atau terpaksa
Entah kau sudah tua atau masih sangat belia



Jadi apa sudah kau buat semua genap?
Bukankah tugasmu membuat lengkap?
Telah Dia beri kau semua harap
Kenikmatan dunia yang tak habis hingga kau megap-megap

Semua bukan cuma angin yang berlalu bersama sepi
yang tak bernama dan hampa arti
tapi hutang budimu pada pemilik bumi
Pemilik sejati yang tak perlu kata permisi

Jadi hendak kemana, Encik?
Mengapa tak sejenak bertafakur
Boleh jadi kau lupa bersyukur
Lama-lama jadi dekat pada kufur
Marilah sebentar diam tersungkur

Marilah membaca dengan nurani
Menyimak tingkah polah yang sarat ambisi
Tidakkah Dia punya hak atas diri
yang diciptaNya dari setetes mani

Jadi, mau sejenak berhenti, Encik?


@wrb, Nov-Des 2008,
terinspirasi dari sebuah ayat yang sangat inspiratif:
fa aina tadzhabun: maka hendak kemanakah kamu pergi.


muhasabah